Sunday 28 August 2011

MANFAAT DAUN BINAHONG

Manfaat daun binahong dalam artikel ini mencoba mendeskripsikan tentang manfaat daun binahong yang besar sekali untuk kesehatan. Tanaman ini tumbuh merambat. Ada yang menamainya binahong dan berasal dari Korea. Namun tanaman ini sebenarnya sudah lama ada di Indonesia dan biasa disebut gendola (Basella rubra Linn). Binahong adalah tanaman obat dari daratan Tiongkok yang dikenal dengan nama asli Dheng San Chi.

Tumbuhan ini telah dikenal memiliki kasiat penyembuhan yang luar biasa dan telah ribuan tahun dikonsumsi oleh bangsa Tiongkok, Korea, Taiwan dll. Di kawasan Asia Tenggara, tumbuhan ini merupakan konsumsi wajib penduduk Vietnam ketika melawan invansi Amerika, namun sayangnya tanaman ini masih asing untuk daerah Indonesia.Tumbuhan merambat ini misterius karena belum banyak literatur maupun penelitian ilmiah yang mengungkapkan khasiatnya.


daun binahong, manfaat binahong

Namun, secara empiris, masyarakat memanfaatkannya untuk membantu proses penyembuhan beragam penyakit. Seluruh bagian tanaman menjalar ini berkasiat, mulai dari akar, batang dan daunnya. Pemanfaatanya bisa direbus atau dimakan sebagai lalapan untuk daunnya.

Manfaat Daun Binahong Bagi Kesehatan 
  1. Mempercepat pemulihan kesehatan setelah operasi, melahirkan, khitan, segala luka-luka luar maupun dalam, dan radang usus. 
  2. Melancarkan dan menormalkan peredaran dan tekanan darah.
  3. Mencegah stroke, maag, dan asam urat.
  4. Menambah dan mengembalikan vitalitas daya tahan tubuh.
  5. Menyembuhkan wasir (ambeien), melancarkan buang air kecil, buang air besar, diabetes, sariawan, sakit kepala, sakit perut, penyakit kulit (gatal-gatal).
  6. Membantu proses penyembuhan berbagai macam penyakit batuk /muntah darah, kencing manis, sesak nafas, darah tinggi / darah rendah, radang ginjal, maag kronis, lemah syahwat, gangguan fungsi jantung, dll.
  7. Untuk  memperlancar peredaran darah di syaraf-syaraf  otak.
Untuk Pemakaian Dalam
  • Untuk menyembuhkan luka bekas operasi, maag, typus, disentri, kesegaran jasmani (tambah telur dan madu), mencegah stroke, asam urat dan sakit pinggang : Ambil rhizoma (umbi) secukupnya, dicuci bersih, kemudian direbus, setelah dingin disaring dan diminum 2-3 kali sehari. Namun dapat pula umbinya dikeringkan, lalu ditumbuk halus, kemudian dimasukkan dalam kapsul 0,5 mh dan diminum 3 kali sehari.
  • Agar bekas operasi caesar cepat kering, ambil akar binahong yang batangnya merah sebanyak 15 gram. Setelah dicuci bersih, rebus dengan 3 gelas air hingga tersisa setengahnya. Saring dan minum selagi hangat. Anda bisa menambahkan sedikit sereh atau gula batu bila suka.
Untuk Pemakaian Luar
Untuk menyembuhkan memar karena terpukul, kena api (panas), rheumatik, pegal linu, nyeri urat, menghaluskan kulit : Daun dan batang ditumbuk halus kemudian dioleskan pada bagian yang sakit.

Kategori Penyakit berat :
  • Batuk/muntah darah : 10 lembar daun diminum setiap hari.
  • Paru-paru : 10 lembar daun diminum setiap hari.
  • Kencing manis : 11 lembar daun diminum setiap hari.
  • Sesak nafas : 7 lembar daun diminum setiap hari.
  • Borok akut(menahun) : 12 lembar daun diminum setiap hari.
  • Darah rendah : 8 lembar daun diminum setiap hari.
  • Gatal-gatal /eksim kulit : 10-15 lembar daun diminum setiap hari.
  • Ambeyen berdarah : 16 lembar daun diminum setiap hari    
Kategori Penyakit Ringan :
  • Disentri/buang air besar : 10 lembar daun diminum setiap hari
  • Hidung mimisan : 4 lembar daun diminum setiap hari
  • Habis bedah/operasi : 20 lembar daun diminum setiap hari
  • Luka bakar : 10 lembar daun diminum setiap hari
  • Gusi berdarah : 4 lembar daun diminum setiap hari
  • Kelancaran haid : 3 lembar daun diminum setiap hari
  • Habis bersalin/melahirkan :  7 lembar daun diminum setiap hari
  • Lemah syahwat : 3-10 lembar daun diminum setiap hari.
  • Menjaga stamina tubuh : 1 lembar daun diminum setiap hari
Demikianlah artikel tentang manfaat daun binahong. Semoga bermanfaat.
Silahkan baca juga Manfaat Jamur LingZhi
Read more ...

Wednesday 17 August 2011

TERAPI AKAL SEHAT SEJARAH

Pro dan kontra tentang kebenaran sejarah tragedi 1965 sampai sekarang masih berlangsung. Pasca runtuhnya Orde Baru (1998), banyak kalangan sudah mulai menyangsikan kebenaran sejarah tragedi 1965 yang berkembang selama ini, para saksi sejarah pun mulai berbicara, terutama menyangkut siapa yang bertanggung jawab di balik peristiwa tersebut. Opini yang sudah terlanjur berkembang sekian lama, bahkan sudah menjadi stigma, pembunuhan para Jenderal petinggi militer (dengan dalih Dewan Revolusi) pada tahun itu didalangi Partai Komunis Indonesia (PKI). Belakangan mulai mencuat dalang peristiwa tersebut adalah Soeharto bersama para korpnya. Walaupun anggapan demikian kebanyakan tidak dibarengi bukti dan data-data yang cukup otentik dan memadai, namun citra politik sudah terlanjur terbentuk demikian. Lacakan terhadap peristiwa tragedi 1965 ini menjadi penting sebagai terapi akal sehat dan pelajaran sejarah yang berharga bagi generasi mendatang.

Peristiwa 1965, selain berangkat dari persaingan kepentingan elit politik, juga disebabkan oleh perbenturan kepentingan politik di tubuh militer Indonesia yang ditandai oleh keretakan hubungan antar masing-masing struktur dan angkatan. Rentetan konflik kepentingan di tubuh militer berawal dari peristiwa Madiun 1948 di mana kekuatan PKI mulai dipreteli, puncaknya meletus skenario G 30 S PKI 1965.


terapi akal, terapi sejarah, sejarah terapi

Kondisi ini membuat arah politik Indonesia mulai dikendalikan oleh setting politik luar negeri (baca : Amerika dan sekutu) sebagai konsekwensi dari kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menempatkan tentara-tentara KNIL atau tentara kerajaan Hindia Belanda masuk sebagai pemegang kendali politik militer. Situasi lain yang mendukung adalah meletusnya pemberontakan di beberapa daerah, seperti Kahar Muzakar, Kartosuwiryo, PRRI/Permesta yang berlarut-larut, sebagai protes atas “RERA” (perampingan tubuh militer) yang meminggirkan para laskar rakyat, karena tidak masuk menjadi tentara resmi (TNI). Pemberontakan di beberapa daerah tersebut kemudian dijadikan dalih oleh elit militer Angkatan Darat (AD)—waktu itu di bawah komando A.H. Nasution—untuk mendesak Presiden Soekarno memberikan andil besar terhadap peran politik tentara guna mengatasi keadaan.

Tidak lama dari kekacauan di daerah-daerah, muncul keputusan Staat van Orloog en Beleeg (SOB) tahun 1957, semacam Undang-Undang Keadaan Perang yang berlaku di seluruh Indonesia. Berbarengan dengan kebijakan SOB yang justru berdampak memperkeruh keadaan, digulirkan isu “sita modal asing” yang masih bercokol di perusahaan-perusahaan perkebunan dan tambang untuk diambil alih, kemudian dinasionalisasi untuk kepentingan negara. Gayung bersambut, momentum ini direbut oleh kekuatan militer yang sudah menyebar di kantong-kantong politik daerah. Kebijakan SOB ini kelak menjadi salah satu alasan lahirnya konsep organisasi teritorial Kodam, Korem, Kodim dan Koramil.

Dalam situasi yang tidak menentu tersebut, Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959. Saat itu kekuatan militer mulai dilirik  oleh partai-partai besar seperti NU, Masyumi, PNI, PSI dan Parkindo untuk mengimbangi kekuatan politik yang ada di daerah-daerah, lebih-lebih Soekarno menerapkan demokrasi terpimpin, yang mengesampingkan peran kekuatan partai dalam tubuh kabinet. Akibatnya permainan politik yang berjalan di luar adalah model politik jalanan. Persaingan politik di tingkat bawah terus memanas ketika tahun 1959 PKI mulai menggalang program politik semisal Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dan land reform ke dalam agenda politik di tingkat basis. Gencarnya aksi sepihak perebutan tanah awal-awal 1960-an oleh PKI lewat Barisan Tani Indonesia (BTI) dipandang mengancam bagi kepentingan politik partai-partai lain seperti NU, Masyumi, PNI, Parkindo dan lain-lain. Ketegangan yang ada di bawah, dibaca oleh tentara sebagai momentum untuk menguasai keadaan dan mengipasi situasi ke arah konflik horisontal antar kekuatan politik partai. Warna kebijakan dan jargon politik yang digunakan oleh Soekarno memang menempatkan PKI sebagai rekanan politik untuk mengimbangi kuatnya tekanan dan pengaruh politik militer yang dimainkan oleh A.H. Nasution. Belum lagi atmosfer politik internasional yang semakin keras ketika Amerika juga ikut memainkan setting politik nasional secara tidak langsung lewat agennya (CIA) di tubuh militer AD untuk membendung pengaruh komunisme Soviet dan Beijing. Dari sana faksi A.H. Nasution mendapat akses besar untuk masuk pada wilayah strategis sosial, politik dan ekonomi di samping pertahanan dan keamanan.

Selain itu, ada beberapa peristiwa penting di tingkat elit militer Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU) yang menggiring kepada pecahnya drama politik G 30 S PKI, di antaranya : Pertama, kampanye Soekarno “Ganyang Malaysia” (September 1963) untuk mamobilisasi tentara dan rakyat secara massif. Taktik ini dirasa penting untuk mengurangi dominasi AD, karena lebih memegang peran daripada AL dan AU. Bahkan usaha ini membuat hubungan ketiga angkatan itu semakin menegang. Hal ini ditunjukkan dengan tidak hadirnya AD dalam agenda “Ganyang Malaysia”. Bagi AD agenda tersebut sangat tidak strategis karena pihak Amerika yang sudah menjalin hubungan secara dekat dengan AD tentu akan membantu Inggris yang pada waktu itu masih berkuasa atas Negeri Tetangga itu. Kedua, polemik berkepanjangan tentang usulan PKI membentuk “angkatan kelima”. Usul itu secara sengit ditolak AD tetapi didukung oleh AL dan AU, bahkan menurut Soekarno, hal itu perlu sebagai konsekwensi dari perang total dengan Neokolonialisme Amerika, Inggris dan sekutunya. Bila pembentukan itu terjadi, maka posisi AD terancam dan menguntungkan PKI. Ketiga, isu “Dewan Jenderal” yang digulirkan untuk menohok faksi di tubuh militer yang mendukung garis politik Soekarno. Keempat, peran agen intelijen Amerika (CIA). Tidak dipungkiri, andil Amerika dengan CIA-nya lewat tubuh AD begitu besar dalam penyusunan skenario besarnya. Penilaian demikian diperkuat oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh para akademisi dari Universitas Cornell, Ithaca New York Amerika Serikat. Bahkan dari hasil penelitian tersebut Benedict Anderson pernah mengatakan “Bahwa Soeharto dan pimpinan AD bertanggung jawab atas pembunuhan ini, itu jelas”. Alasannya, peran Soeharto waktu itu cukup strategis, sebagai pangkostrad, ia memegang komando pasukan untuk melakukan sebuah peperangan. Ungkapan tersebut diperkuat dengan salah satu data hasil otopsi jenazah para Jenderal yang dibunuh pada pagi buta 1 Oktober 1965, tidak menunjukkan bukti adanya penyiksaan secara kejam terhadap tubuh para perwira tinggi tersebut. Hasil otopsi menunjukkan bahwa mereka dibunuh dengan “tembakan peluru” bukan dengan siksaan seperti yang diberitakan oleh banyak media massa dan opini yang berkembang selama masa Orde Baru.

Pembacaan ini setidaknya memperlebar cara pandang, bahwa peristiwa sejarah tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja. Lebih-lebih bila sudut pandang itu dibuat secara sengaja dan tunggal oleh rezim yang tengah berkuasa, tentu banyak fakta yang semestinya diungkap akan dikunci rapat-rapat. Sebuah cara yang sangat tidak mendidik bagi generasi mendatang. 

Semoga bermanfaat.
Silahkan baca juga Sejarah Terjadinya Perang Maluku
Read more ...

Sunday 14 August 2011

RENUNGAN UNTUK PARA PEJABAT



Kekuasaan seringkali memabukkan dan membingungkan. Orang yang memegang kekuasaan (pejabat) seringkali sulit membedakan mana yang milik pribadi dan mana yang merupakan fasilitas negara. Akibatnya, banyak aktifitas pejabat yang sifatnya pribadi tetapi menggunakan fasilitas yang dibiayai negara.

Umar bin Khattab, salah seorang khalifah dari al-Khulafa al-Rasyidin memberikan tauladan yang baik tentang bagaimana seharusnya menjadi pejabat. Diceritakan bahwa suatu malam sahabat Umar bin Khattab didatangi saudaranya. Ketika itu ia sedang mengerjakan tugas negara di ruang pribadinya. Dengan diterangi lampu minyak, ia menyelesaikan beberapa berkas negara. Lalu datanglah saudaranya itu dan bermaksud bertemu dengan khalifah karena ada hal yang ingin disampaikannya.

“Kamu ingin membicarakan masalah keluarga atau masalah negara?” kata Umar  bin Khattab kepada saudaranya itu. Lalu dijawab bahwa ia akan membicarakan persoalan keluarga dengan sang khalifah. Seketika itu juga lampu di depannya ia matikan.


renungan untuk pejabat

Melihat kejadian itu, saudara Umar bin Khattab tersebut heran lalu bertanya : “Wahai khalifah, kenapa engkau matikan lampu itu?”. Dengan suara rendahnya Umar bin Khattab menjawab : “Apa yang ingin kau bicarakan adalah urusan keluarga bukan urusan negara. Sedangkan lampu ini dibiayai oleh negara. Maka tak selayaknya pembicaraan ini menggunakan fasilitas negara”. Mendengar perkataan Umar bin Khattab, saudaranya itu pun terkejut dan hanya diam sambil merenungi perkataan Umar bin Khattab.

Kisah itu mungkin dianggap terlalu sederhana dan tidak wajar. Tetapi dari kisah itu lahir tauladan yang mulia bahwa kekuasaan tak selayaknya untuk urusan pribadi. Bagi sahabat Umar bin Khattab saat itu sangat mudah memanfaatkan apa yang diberikan negara untuk kepentingan pribadi dan keluarganya, karena kekuasaan saat itu penuh berada di tangan Umar bin Khattab. Tetapi itu tidak beliau lakukan. Sebab Umar bin Khattab sadar bahawa apa yang diamanatkan kepadanya akan dimintai pertanggungjawaban.

Rasulullah saw. telah menegaskan bahwa setiap yang diamanatkan kepada seseorang pasti akan dimintai pertanggungjawabannya, termasuk seorang imam (pemimpin), ia akan dimintai pertanggungjawaban perihal apa yang pernah ia lakukan ketika memimpin.

Dalam sejarah disebutkan terdapat sebuah nasehat ulama besar al-Hasan putra al-Hasan al-Bashri kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz. Dalam suratnya, al-Hasan menulis : “Ketahuilah, wahai Amirul Mukminin bahwa Allah swt. menjadikan imam sebagai penegak segala yang rubuh, pelurus segala yang bengkok, pelaku perbaikan segala yang rusak, kekuatan bagi semua yang lemah, keadilan bagi yang teraniaya, serta tempat berlindung bagi semua yang takut”.

Surat nasehat itu menegaskan bahwa kepemimpinan bukanlah suatu keistimewaan, tetapi tanggung jawab. Ia bukan fasilitas, tetapi pengorbanan. Ia bukan juga bukan kesewenang-wenangan bertindak, tetapi kewenangan melayani. Kepemimpinan adalah keteladanan berbuat dan kepeloporan bertindak. Semoga bermanfaat.
Silahkan baca juga Memilih Pemimpin Yang Amanah
Read more ...
Designed By Blogger Templates