Sejarah kerajaan Banten dalam artikel ini mencoba mendeskripsikan sejarah terjadinya kerajaan Banten. Banten, Sundakelapa (pelabuhan Pajajaran), dan Cirebon berhasil dikuasai oleh Fatahillah, selanjutnya diperintahnya atas nama kerajaan Demak. Dengan wafatnya Sultan Trenggana pada tahun 1546, terjadilah kericuhan-kericuhan di Demak yang mengakibatkan jatuhnya kerajaan Demak. Bagi Fatahillah merupakan kesempatan baik untuk melepaskan diri dari kekuasaan Demak. Pemerintahan di Banten ditangani sendiri oleh fatahillah, pemerintahan Cirebon diserahklan kepada anaknya yang bernama Pangeran Pasarean. Pada tahun 1552, Pangeran Pasarean wafat, maka Fathillah menjalankan pemerintahannya sendiri di Cirebon dan Banten diserahkan kepada puteranya yang lain yaitu Hasanuddin.
Setelah Hasanuddin menerima penyerahan dari ayahnya, ia menjadi raja Banten yang pertama dan memerintah tahun 1552-1570. Di bawah pemerintahan Hasanuddin, Banten meluaskan daerahnya sampai di Lampung, sehingga dapat menguasai daerah lada dan perdagangannya. Hasanuddin wafat pada tahun 1570 dan digantikan oleh puteranya yang terkenal dengan nama Panembahan Yusuf. Dalam pemerintahannya ia berhasil menundukkan Pajajaran (1579). Orang-orang Pajajaran yang tidak mau menerima agama Islam menyingkir ke daerah pedalaman Banten yang sekarang kita kenal sebagai masyarakat Badui. Panembahan Yusuf wafat pada tahun 1580 dan diganti oleh Maulana Muhammad (1580) yang masih berusia sembilan tahun. Maka pemerintahan diserahkan kepada mangkubuminya, samapi raja mampu mengemudikan pemerintahan sendiri. Maulana yang masih muda itu menyerang Palembang pada tahun 1596, karena Palembang sangat maju dan merupakan saingan Banten. Pada waktu itu yang memegang pemerintahan di Palembang ialah Ki Gede ing Sura yang sekaligus sebagai peletak dasar agama Islami di palembang. Dalam serangan ini Maulana Muhammad gugur (1596). Dengan gugurnya Maulana Muhammad terjadilah kericuhan di Banten. Karena putera mahkota yang bernama Abdulmutakhir baru berusia lima bulan, memerintah mulai tahun 1596 sampai tahun 1640.
Pada waktu itu banyak wali berselisih, karena mereka menginginkan kedudukan sebagai wali putera mahkota. Untunglah dalam situasi yang demikian itu Pangeran Ranamenggala dapat mengatasi keadaan Banten. Dengan cara kekerasan ia dapat mengendalikan pemerintahan (1608). Kekuasaan Ranamenggala ini berlangsung terus sampai raja cukup dewasa. Bahkan langkah pemerintahan di Banten ditentukan oleh Ranamenggala sampai ia meninggal pada tahun 1624. Pemerintahan Ranamenggala dapat membawa kemajuan Banten terutama di bidang perdagangan, antara lain karena faktor-faktor sebagai berikut:
- Banten merupakan penghasil lada dan beras yang sangat laku di pasaran internasional.
- Dilihat dari segi ekonomi, letak Banten sangat strategis.
Jatuhnya Malaka ke tangan bangsa Portugis menyebabkan para pedagang muslim tidak mau melewati selat Malaka, karena bangsa Portugis membenci Islam. Maka para pedagang memindahkan jalur pelayaran melalui selat Sunda. Dengan demikian Banten didatangi oleh para pedagang dari berbagai bangsa, di antaranya bangsa Portugis, Turki, Gujarat, dan Persia. Mereka itu membawa barang dagangan dari negeri asalnya untuk dijual di Indonesia. Waktu pulang mereka membawa barang dagangan dari Banten yaitu lada dan beras untuk diperdagangkan ke daerah-daerah lain di luar Indonesia.
Kejayaan Banten itu tidak dapat dipertahankan untuk selamanya, karena sepeninggal Ranamenggala keadaan Banten menjadi lemah. Waktu Banten diperintah oleh Sultan Ageng Tirtayasa keadaan di Banten pulih kembali bahkan dapat mencapai kejayaannya lagi. Demikianlah artikel tentang sejarah kerajaan Banten. Semoga Bermanfaat.
Silahkan baca juga Sejarah Kerajaan Banjar
Silahkan baca juga Sejarah Kerajaan Banjar
No comments:
Post a Comment